SIRCLO kembali mengadakan acara SIRCLO Insights Webinar 2025 bertajuk “2026 Readiness Briefing: Competing Smarter in a Fragmented Commerce Landscape” guna membahas strategi kesiapan industri dalam menjaga pertumbuhan perdagangan digital yang sehat dan berkelanjutan.
TANGERANG, 18 DESEMBER 2025 — Menyikapi lanskap perdagangan digital Indonesia bergerak memasuki fase baru yang kian kompleks dan terfragmentasi, SIRCLO kembali menyelenggarakan acara SIRCLO Insights Webinar 2025 bertajuk “2026 Readiness Briefing: Competing Smarter in a Fragmented Commerce Landscape” pada Kamis, 18 Desember 2025. Diadakan secara daring, acara ini menjadi ruang refleksi dan dialog lintas sektor untuk membaca arah industri e-commerce Indonesia menuju 2026.
Webinar ini mempertemukan perspektif pemerintah, pelaku riset, serta enabler melalui diskusi panel yang mengundang Aska Primadi (Head of Research, Jakpat), Bambang Wisnubroto (Plt. Direktur Perdagangan melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia), dan Danang Cahyono (Chief Operating Officer, SIRCLO). Diskusi tersebut dirancang untuk merangkum pembelajaran sepanjang 2025 sekaligus mengulas tantangan dan pendekatan strategis yang perlu dipersiapkan pelaku usaha untuk menghadapi tahun mendatang.
Danang Cahyono, Chief Operating Officer SIRCLO, menyampaikan, “Meningkatnya ekspektasi konsumen, beragamnya kanal belanja, serta percepatan adopsi omnichannel kerap membuat lanskap perdagangan digital semakin terfragmentasi. Namun, hal ini sejatinya membuka ruang bagi para pelaku usaha untuk memahami perilaku konsumen secara lebih mendalam dan merumuskan strategi yang lebih adaptif. Melalui SIRCLO Insights Webinar, kami bermaksud menghadirkan perspektif yang harapannya dapat membantu para pelaku usaha membangun fondasi pertumbuhan yang terintegrasi dan efisien yang ditopang oleh teknologi guna menciptakan pertumbuhan jangka panjang.”
Refleksi 2025: Pertumbuhan E-Commerce dan Dinamika Konsumen
Sepanjang 2025, sektor perdagangan Indonesia, khususnya e-commerce, masih menunjukkan pertumbuhan yang bergerak stabil. Bank Indonesia mencatatkan bahwa pada kuartal III-2025 transaksi e-commerce mencapai Rp134,67 triliun atau tumbuh 20.5% secara year-on-year (YoY).¹ Hal ini mencerminkan penetrasi teknologi digital yang semakin luas menempatkan kanal daring sebagai salah satu pilar penting dalam perekonomian nasional, baik dari sisi konsumsi domestik maupun pemberdayaan pelaku usaha.
Bambang Wisnubroto, Plt. Direktur Perdagangan melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, menyatakan, “Dengan tren pertumbuhan e-commerce yang melaju cepat, perubahan preferensi belanja konsumen, dan persaingan harga yang ketat memunculkan tantangan bagi lanskap perdagangan. Hal tersebut menuntut strategi yang meneyimbangkan perdagangan konvensional dan perdagangan melalui sistem Elektronik (e-commerce), misalkan melalui strategi omnichannel.”
Di tingkat konsumen, perkembangan ekosistem digital tercermin dari semakin luasnya basis pengguna internet dan kanal belanja daring. Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat penetrasi pengguna internet di Indonesia telah mencapai 80,66%. Kondisi ini selaras dengan data Jakpat yang menunjukkan bahwa 95% konsumen melakukan transaksi daring pada Semester I 2025. Tingginya penetrasi perangkat digital tersebut membentuk basis konsumen yang besar dan semakin terdistribusi di berbagai kanal penjualan.
Aska Primadi, Head of Research, Jakpat, menekankan, “Fragmentasi saluran belanja pada 2025 dipengaruhi oleh sejumlah dinamika yang saling beririsan, mulai dari pertumbuhan social commerce yang mendorong pola belanja berbasis hiburan (shoppertainment), meluasnya penetrasi internet yang mempercepat pertumbuhan konsumen di kota-kota tier dua dan tiga, hingga meningkatnya tuntutan konsumen akan pengalaman belanja yang relevan dan personal di setiap titik interaksi. Di saat yang sama, konsumen juga semakin rasional dan selektif, sehingga kombinasi tersebut menciptakan konsumen yang lebih aktif mencari informasi, membandingkan pilihan, dan memastikan nilai produk sebelum melakukan pembelian.”
Sejalan dengan pergeseran perilaku konsumen, fragmentasi kanal belanja pada 2025 turut menghadirkan kompleksitas baru dalam proses consumer journey. Konsumen kini berpindah lintas kanal dalam satu siklus belanja yang sama, sehingga menuntut pengalaman yang konsisten sejak tahap pencarian produk hingga pasca-transaksi. Kondisi ini mendorong pelaku usaha untuk meninjau kembali bagaimana setiap titik interaksi dikelola agar tetap relevan dengan ekspektasi konsumen yang semakin beragam.
Menanggapi dinamika tersebut, Danang Cahyono, Chief Operating Officer SIRCLO, menyampaikan, “Dalam praktiknya, perjalanan konsumen di tengah kanal yang semakin terfragmentasi menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku usaha. Sepanjang 2025, kami melihat brand semakin aktif mengeksplorasi berbagai kanal untuk mempermudah konsumen dalam menemukan hingga memperoleh produk. Dalam kerangka ini, terdapat tiga komponen utama yang membentuk consumer journey, yaitu bagaimana membangun minat beli (Demand Engine), memastikan proses transaksi berjalan lancar (Commerce Engine), serta menciptakan loyalitas pasca-transaksi (Fulfillment Engine). Ketika ketiganya dikelola secara terintegrasi, konsumen tetap dapat merasakan pengalaman yang konsisten, termasuk saat melakukan pembelian ulang.”
Menjawab Tantangan 2026: Kesiapan Strategi dan Kolaborasi
Dinamika sepanjang 2025 menunjukkan bahwa pertumbuhan e-commerce Indonesia tidak hanya ditandai oleh peningkatan skala, tetapi juga oleh meningkatnya kompleksitas interaksi antara kebijakan, perilaku konsumen, dan strategi operasional pelaku usaha. Pembacaan atas perubahan ini menjadi landasan penting bagi industri untuk merumuskan langkah yang lebih terukur dan relevan dalam menghadapi fase berikutnya dari perkembangan ekonomi digital.
Seiring dengan transisi menuju 2026, fragmentasi yang terbentuk sepanjang tahun sebelumnya diperkirakan akan terus berkembang, bahkan membentuk pola interaksi baru dalam konsumen dan brand. “Kami melihat bahwa fragmentasi kanal belanja, perilaku konsumen yang semakin mengedepankan value-for-money dan riset lintas kanal, serta meningkatnya tuntutan terhadap transparansi dan kepercayaan akan terus membentuk cara konsumen berinteraksi dengan brand di tahun mendatang. Oleh karena itu, pelaku usaha perlu mulai mengantisipasi evolusi ini melalui strategi yang lebih terarah, mulai dari pendekatan hiper-lokalisasi untuk menjangkau ceruk pasar yang spesifik, fokus pada Customer Lifetime Value (CLV) guna menghindari ketergantungan pada promosi besar-besaran, hingga penyatuan pengalaman belanja di mana batas antara marketplace dan social commerce semakin mengabur,” lanjut Aska.
Temuan tersebut sejalan dengan perspektif SIRCLO terhadap kesiapan pelaku usaha dalam menyongsong 2026. Danang kembali menjelaskan, “Memasuki tahun mendatang, fokus utama pelaku usaha bergeser pada bagaimana menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan di tengah dinamika pasar yang semakin kompleks. Dalam konteks ini, terdapat beberapa pendekatan strategis yang relevan, mulai dari memperdalam integrasi omnichannel agar pengalaman konsumen tetap konsisten di seluruh titik interaksi, mendorong efisiensi struktural melalui pemanfaatan automasi dan standardisasi proses berbasis teknologi, hingga memperkuat kapabilitas distribusi melalui sistem fulfillment yang terintegrasi untuk menopang skala dan ketahanan operasional, termasuk menjangkau konsumen di kota-kota tier dua dan tiga.”
“Dalam kerangka yang lebih luas, peran pemerintah diarahkan pada penciptaan kerangka kebijakan yang adaptif dan responsif terhadap perubahan ekosistem. Terdapat empat arah kebijakan di ranah e-commerce yang menjadi fokus pemerintah pada 2026, yaitu memberikan akses pasar yang lebih luas bagi produk dalam negeri, meminimalisir peredaran produk impor yang tidak sesuai dengan ketentuan di platform e-commerce, mendorong inovasi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE), serta meningkatkan transparansi informasi biaya dalam ekosistem e-commerce. Selain itu, pemerintah juga membangun sinergi dengan kementerian dan lembaga terkait guna merumuskan serta mengimplementasikan kebijakan secara koheren,” ujar Bambang.
Keterangan Dokumentasi
Sesi foto bersama pada SIRCLO Insights Webinar 2025: “2026 Readiness Briefing: Competing Smarter in a Fragmented Commerce Landscape”. (ki-ka) Salsabila Syifa Atma (PR Consultant, Content Collision), Bambang Wisnubroto (Plt. Direktur Perdagangan melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia),Aska Primadi (Head of Research, Jakpat), Danang Cahyono (Chief Operating Officer, SIRCLO).
***

